Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cinta Tulus Lelaki Dunia Maya!

Cerita Romantis Bikin Baper 




Setahun sudah kami berteman di dunia online, ia teman sekaligus sahabat terbaikku. Walau kami hanya bersua lewat maya tetapi, terasa nyata. 


Lelaki itu bernama Biyan, ia selalu siap mendengarkan keluh kesahku, bahkan ia selalu menyemangati dan memberi solusi. Namun, aku terkejut dengan pernyataannya. 


"Kaka, cinta sama ade." Mendengar ucapannya membuatku sejenak mematung. 


"Jangan ngaco deh, Kak," jawabku sekenanya. 


"Kaka, serius!" Terdengar ucapannya lugas. 


"Tapikan, kakak belum tahu ade? kitakan kenalan juga cuma lewat maya." 


"Kakak, akan menerima ade dengan segala kekurangan dan kelebihan ade, lagi pula. Kaka pun banyak kekurangan." jawabnya meyakinkan. 


"Kakak, belum tahu keadaan ade yang sebenarnya ...." Aku berpikir sejenak, sedikit ragu untuk menceritakan semuanya. 


"Kenapa?" Dari suaranya Kak Biyan terdengar penasaran. 


Aku menarik napas panjang. Lalu, menghembuskannya perlahan. 


"Sebenarnya ... ade sakit."


"Sakit, apa?" 


Aku menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada Kak Biyan, karena tidak mau ada kebohongan. Kalaupun setelah ia tahu keadaanku yang sebenarnya ia akan pergi tak mengapa. 


Karena sebuah pernikahan bukan hal main-main. Jadi, tidak akan ada yang aku tutup tutupi, walau sebenarnya aku sudah terlanjur nyaman dengannya. Namun, kalau dia tidak menerimaku apa adanya aku akan berusaha ikhlas. 


"Kakak menerima ade apa adanya," ucapnya setelah aku selesai bercerita. 


"Hmmm."


"Ade mau kan nikah sama kakak?"Ucapannya berhasil membuat jantungku berdesir. 


Sebenarnya aku tidak ada niatan menikah, membayangkannya saja enggan. Karena lelaki manapun pasti akan berpikir dua kali untuk menerima keadaanku. 


Mengurus diri sendiri saja susah apalagi mengurus suami. Aku tidak mau menjadi beban untuk orang lain, cukup orang tuaku saja yang selalu aku repotkan. 


Namun, ketika ia menawarkan cinta aku sedikit terpana, mulai berpikir apa memang ada lelaki yang mau menerimaku apa adanya. Kurasa mustahil! 


****


Setelah beberapa kali Kak Biyan menyakinkanku, akupun menerima cintanya dengan syarat, ia harus segera datang ke rumah untuk membuktikan keseriusannya. 


Entah ia benar-benar serius atau hanya main-main saja


Seminggu kemudian Kak Biyan datang ke rumah, ternyata lelaki itu membuktikan keseriusannya, kukira lelaki jangkung itu akan mengurungkan niatnya setelah melihat keadaanku yang duduk di kursi roda. Namun, ternyata lelaki berhidung mancung itu membuktikan kata-katanya, bahkan ia langsung meminta doa restu kepada kedua orang tuaku. 


Rasanya serasa mimpi, aku sangat bahagia, perasaanku saat ini tidak bisa di jabarkan dengan kata-kata. 


Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama setelah aku menerima kabar kalau Kak Biyan kecelakaan. 


Aku syok dan merutuki diri sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa, air mata lolos begitu saja membasahi pipi. Aku ingin sekali berada di sampingnya tetapi, sayangnya keadaan tak memungkinkan. 


Setahun lebih aku tidak mendapat kabar darinya, dia menghilang bak di telan bumi. 


Pikiran buruk berkecamuk, apa mungkin ia menyesal karena melamar perempuan penyakitan sepertiku dan mungkin saja kabar kecelakaan itu hanya akal akalan saja biar dia tidak di cap laki-laki pengecut. 



Ah .... Entahlah


"Sudahlah, Nak. Ikhlaskan semuanya dan serahkan semuanya kepada Allah." Ibu menghampiriku yang sedang duduk termenung di bawah jendela. 


Wanita itu selalu bisa menebak apa yang aku pikirkan. 


Aku tidak bisa melupakan dia begitu saja, rasa cinta ini sudah mendalam. Mencintai seseorang di maya, tetapi sakitnya sungguh nyata.


"Ayo, masuk. Jangan bengong terus, entar kesambet loh!" Ibu menepuk bahuku pelan. 


"Ya, bentar lagi. Bu."


****


Aku putus harapan mungkin lelaki itu tidak akan kembali. Aku harus mencoba melupakannya. Mulai menghapus nomernya dan segala yang berkaitan dengannya. 


Aku akan memulai hidupku kembali, seperti sebelum mengenalnya. 


Perlahan aku mulai berdamai dengan perasaanku walau tetap saja harapanku tertuju padanya. 


Aku memulai kembali masuk grup kepenulisan karena sebelumnya akupun pernah iseng-iseng menulis cerpen, cebung dan semacamnya. Namun, sayangnya ada seseakun yang menuduhku plagiat tulisannya, padahal itu murni tulisanku. Sejak saat itu aku malas menulis dan di saat itu juga aku mengenal sesosok lelaki yang bernama Biyan. 


Ah, sungguh sulit untuk melupakannya, rasanya di mana-mana selalu ada dia. 


"Ajarin bahasa Sunda, bisa?"


Aku memicingkan mata membaca pesan dari akun bernama Dirga--owner yang membimbingku menulis. 


Kenapa dia chat, padahal di wag masih banyak yang bisa berbahasa Sunda. 


Aneh. 


Aku sedikit mengabaikan pesannya memilih untuk mengerjakan sesuatu yang lain. Merasa risih juga tiba-tiba di chat sama laki-laki cukup terkenal di dunia maya. Memang aku sudah setengah tahun mengenalnya dan ia lelaki yang cerdas bahkan lelaki itu di kagumi oleh para wanita. Parasnya juga lumayan ganteng. Namun, entahlah. Aku sedikit trauma mengenal lelaki dunia maya. 


"Boleh." Dengan segala pertimbangan aku membalas chatnya dari pada nanti aku di kick dari grup wagnya kan. 


"Jangan lupa bahagia, apa bahasa sundanya?"


"Tong hilap bungah"


Entah dia cuma iseng pengen belajar bahasa Sunda atau apa? 


Setelah itu banyak pertanyaan yang ia tanyakan, aku sedikit mengabaikannya. Bukan maksud aku sombong tetapi aku masih trauma mengenal lelaki. 


"Ya sudah selamat beraktivitas, maaf ganggu."


Lelaki itu nyatanya tak lelah, ia masih saja bertanya walau sering aku abaikan. 


[Maaf ya, aku sering menggangu dengan pertanyaan pertayaanku] Rupanya ia menyadari kecuekanku.


"Tolong sampaikan maaf juga buat suamimu."


Hadeh, boro-boro suami pacar pun aku tak punya. 


"Suami siapa?" Aku pura-pura tidak mengerti. 


"Kamulah, siapa lagi."


"Iya."


Aku mengakhiri chat dengannya. Lalu, melanjutkan aktivitasku yang sejenak terhenti. 


Kenapa aku selalu merindukanmu, rasanya sulit bagiku untuk melupakanmu. Apa kau baik-baik di sana? Aku sangat merindukanmu Biyan. 


Entah lelaki itu seakan selalu menghantuiku, wajahnya selalu terbayang-bayang. 


"Sibuk gak?" Pesannya mampu membuyarkan lamunanku. 


"Gak, kenapa?"


"Kalau ada yang bingung, silahkan bertanya, bahasa sundanya apa?"


 Aku saja masih bingung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam otakku, mengapa dia pergi tanpa pamit, meninggalkan sejuta kenangan dan menorehkan luka yang mendalam. 


"Lamun aya anu te ngartos, mangga naros."


"Makasih, oh iya sibuk apa kamu?"


"Gak sibuk apa-apa, cuma diam saja di rumah."


Semakin owner itu banyak bertanya kenapa aku semakin suka ya, perasaan apa ini, bahkan ia berani menceritakan masa lalu kelamnya. 


"Kamu gak benci kan setelah mendengar masa laluku?"


"Kenapa harus benci, semua orang punya masa lalu."


Kami banyak bercerita satu sama lain, ternyata dia orangnya asik. Satu hari tanpa kabar dari Dirga serasa ada yang beda. 


"I love you."


"Apa?"


"Bahasa sundanya I love you apa?" Oalah kirain dia nyatain perasaannya. Jangan ngarep deh, mana mungkin Dirga suka sama aku, kalau aku di bandingkan sama dia udah kek langit dan bumi. 


"Abi bogoh ka anjeun."


"Abi oge bogoh ka anjeun."


Entah perasaan apa ini, hatiku terasa berbunga bahkan membaca pesannya membuat bibirku melengkung ke atas. 


"Ais."


"Kenapa? Aku serius."


"Jangan becanda deh." Aku tidak banyak berharap mengingat yang terjadi padaku waktu dulu pun aku masih trauma. 


"Aku serius, 2rius malahan."


Aku mengabaikannya, tetapi anehnya ada rasa tidak tega saat dia terus mengirimiku pesan. 


"Datang saja ke rumah kalau memang benar-benar serius," tantangku.


Setelah aku menyuruhnya datang ke rumah ia menghilang. Bahkan sudah satu pekan berlalu ia tidak mengirimiku pesan. 


Ternyata semua lelaki itu sama, tidak bisa di pegang omongannya. 


Tok ... tok ... 


"Assalamu'alaikum." Terdengar ucapan salam di sertai ketukan pintu. 


Tidak ada sahutan dari perempuan setengah baya itu, mungkin emak lagi nyuci. 


"Wa'alaikum salam." Aku yang sedang duduk di dekat pintu, menarik gagang pintu sampai terbuka lebar. 


Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya, apa ini mimpi, lelaki yang selama ini hanya menjadi hayalan sekarang berdiri tepat di hadapanku. 


"Gak di suruh masuk, nih?"


"Eh, i-iya. Silahkan masuk." Aku mengeser tubuhku dari tempatku berdiri. 


Setelah aku mempersilakannya duduk, aku berlalu untuk mengambilkannya minum sekalian memanggil Emak. 


Semua berkumpul di ruang tamu. Lalu, lelaki berhidung mancung itu mengutarakan tujuannya datang. 


Ternyata lelaki itu benar-benar serius denganku, setelah ia datang melamar, seminggu kemudian ia pun mempersuntingku.


Post a Comment for "Cinta Tulus Lelaki Dunia Maya! "